Kisah Hidup (Salah kira telat jadinya)

Pagi itu terlihat sendu. Gelap kelabu menyelimuti bumi menghalang mentari untuk bersinar di pagi hari. Hujan tak kunjung turun. Langit bak menahan tangis yang bisa pecah kapan saja dia mau. Rasa malas masih menyelimuti. Ingin rasanya kembali menarik selimut, namun ku coba bangkit dari tempat tidur melawan rasa kantuk walau mata panda terlihat jelas di kelopak mata. Walau ini hari libur tak berarti kegiatan ku hari ini hanya menganggur. Selain sebagai seorang mahasiswa, aku mempunyai pekerjaan sampingan di salah satu perusahaan swasta. Tak usah sebut nominal gaji, itu hal sensitif seperti halnya menanyakan IPK. Hari itu aku sudah ada janji, menemani atasan untuk rapat dengan klien di Bandung. Pekerjaanku bukan sebagai programmer, berhubungan dengan IT pun tidak. Walau kuliah ku jurusan TI namun pekerjaanku sebagai asisten konsultan. Memang benar kata orang, jurusan tidak melulu mempengaruhi apa dan di mana dirimu bekerja.

Badan sudah wangi. Kemeja batik sudah menyelimuti. Celana bahan hitam licin lengkap sepatu pantofel sudah siap di kaki. Tak ketinggalan amunisi vital. Laptop untuk membuat laporan sudah siap di dalam ransel. Masih ada 3 jam sebelum keretaku berangkat. Ku pikir dari Sawangan menuju gambir cukup hanya menempuh waktu 2 jam. Karena malas membawa kendaraan pribadi ku putuskan untuk naik TransJakarta. Sialnya bus sudah berangkat saat aku baru tiba di terminal. Mau tak mau harus menunggu 10 menit untuk naik bus selanjutnya.

Hal yang ku takutkan pun terjadi. Sepanjang jalan Ciputat menuju Pondok Indah macet tidak karuan. Namun ku yakin dalam hati masih sempat. Tiba di Radio Dalam kemacetan semakin menjadi. Untuk sampai senayan saja butuh waktu hampir satu jam. Aku menggerutu dalam hati. Namun harap harap cemas menanti. Pukul 08.30 busku baru sampai Sudirman sedangkan keretaku berangkat pukul 08.45. Jalur bus TransJakarta yang harusnya steril, dengan enaknya motor mobil yang tak mau macet masuk tanpa berpikir. Alhasil bus yang ku naiki kena imbas macet lagi. Dalam hati ingin memaki, namun apa daya ingin marah tak ada arti. Harapan untuk sampai sebelum pukul 08.45 pun sirna. Karena pada jam tersebut aku baru sampai di Bundaran HI. Alhasil atasanku pun menelpon karena kereta sudah berangkat.

Tiba di stasiun ku lihat suadh pukul 09.00 aku coba tanya tiket susulan untuk ke Bandung namun hari itu tiket sudah terjual habis. Pusinglah aku karena sudah ku janjikan menyusul hari itu juga. Tak kehabisan akal aku coba cari cara lain untuk pergi ke Bandung. Ku bukan handphone lalu ku buka aplikasi Traveloka. Jika aku pesan tiket pesawat dari Jakarta menuju Bandung terlalu sayang uangnya lebih baik untuk makan sehari hari. Tiket kereta tidak mungkin karena tiket ke Bandung hari itu sudah habis. Ternyata masih ada alternatif lain. Kini Traveloka juga menyediakan tiket bus, bahagialah hatiku saat itu. Selain itu kita juga bisa memilih kursi seperti halnya memesan tiket kereta. Ku carilah bus yang berangkat pukul 10.30 untunglah masih ada dua bangku kosong tersisa. Tanpa pikir panjang langsung ku booking saja saat itu juga. Metode pembayarannya pun beragam. Mulai dari bank transfer, mini market, hingga kartu kredit. Ternyata tidak hanya di situ. Traveloka juga sering kali memberikan diskon kepada pengguna dengan memberikan kode voucher. Dapatlah aku bus dari Cawang seharga Rp. 60.000,- jauh lebih murah dibandingkan kereta tentunya.

Namun kesialanku ternyata belum berakhir. Bus yang seharusnya berdasarkan jadwal berangkat pukul 10.30 belum juga nampak padahal waktu sudah menjunjukan pukul 11.30. atasanku yang telah tiba di Bandung menelpon untuk memastikan aku bisa tiba di Bandung hari itu juga. Dengan tidak enak hati ku jawablah apa adanya. Akhirnya sekitar pukul 11.45 bus baru tiba. Untung saja tak berhenti lama pak supir langsung mengemudikan laju bus masuk ke jalan tol. Karena pad waktu itu di sekitar jalan tol Cikampek terdapat tidak proyek strateggis nasional yaitu : LRT Jabodebek, Kereta Cepat Jakarta Bandung dan elevated toll sehingga ruas tol dipersempit hingga menyebabkan kemacetan. Namun sudahlah, sambil memutar lagu aku pejamkan mata berharap saat ku buka mata sudah tiba di Bandung.

Ternyata cuaca di Bandung sedang hujan pada saat itu. Hujan cukup deras sudah terasa sebelum keluar tol Pasteur. Karena bus yang aku naiki hanya sampai keluar tol pasteur mau tak mau aku harus turun dan mencari tempat berteduh. Sebenarnya hotel tempat kami rapat tidak terlalu jauh dari pintu tol pasteur, namun karena cuaca hujan aku putuskan untuk memesan taksi online. Karena saat itu ada promo diskon lumayan bisa sedikti penghematan. Sesampainya di hotel dengan rasa tak enak hati aku meminta maaf kepada atasan ku atas keterlambatan yang aku lakukan. Ternyata perhitungan ku meleset. Dari yang awalnya ku kira hanya butuh waktu dua setengah jam untuk sampai gambir ternyata hari itu butuh waktu 3 jam akibat macet yang tak karuan. Untung saja rapatnya masih belum dimulai, setidaknya aku bisa sedikit mempersiapkan diri.

Sebelumnya aku telah membagi pekerjaan dengan atasanku dalam pembuatan laporan untuk dipresentasikan kepada klien pada hari itu. Sebenarnnya pengerjaan laporan itu bukan hanya kami berdua. Namun juga ada tim yang turut membatu dalam pembuatan bahan laporan dan bahan presentasi kepada klien. Bayangkan saja jika semua itu dikerjakan hanya dengan satu orang, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan hal tersebut. Selain pertemuan fisik di kantor, kerja sama kami juga dilakukan monitoring via email atau telepon. Sehingga apabila ada kendala atau masalah dalam pembuatan laporan maka dapat dibantu atau ditangani oleh yang lain. Dalam rapat sekaligus workshop kami pada hari itu kami membagi tugas. Atasanku sebagai pembicara yang memaparkan laporan hasil analisis kami. Sedangkan aku bertindak sebagai asisten yang membantu hadirin yang kesulitan selama rapat dilaksanakan sehingga waktu tidak terbuang percuma untuk mengulang materi.

Kerja sama dari klien juga sangat penting agar proyek yang dikerjakan bisa dengan mudah diselesaikan. Oleh karena itu partisipasi klien dalam proyek sangat dibutuhkan. Jika tidak maka proyek yang dikerjakan akan sulit diselesaikan, bahkan menurut pengalamanku justru akan jalan di tempat. Kerja sama itu interaksi dua arah yang saling memberikan timbal balik. Coba saja bayangkan jika Traveloka tidak bekerja sama dengan operator bus, mana mungkin aku bisa sampai Bandung pada hari itu juga.

Gambar : Atasanku tengah mempresentasikan laporan analisis
Gambar : Rapat dengan klien di Bandung
Previous
Next Post »

Followers